Seni
merupakan suatu ekspresi jiwa manusia yang dituangkan dalam ide – ide.
Bali merupakan pulau yang memiliki jumlah
kesenian yang sangat beragam , disini akan dijelaskan berbagai kesenian daerah
bali , mulai dari tari – tarian yang sudah terkenal di seluruh dunia ,karawitan
, tembang khas Bali DLL.
Tari Bali dapat dibagi berdasarkan jumlah
penarinya , ada beberapa kategori tari berdasarkan jumlah penarinya :
A. Tari
Tunggal yaitu tari yang hanya ditarikan oleh 1 orang
Contoh
:
Kategori Tari –Tari Tunggal Daerah Bali
1) Tari Baris
Tunggal mengisahkan
seorang pemuda yang gagah berani dengan sifat keprajuritan dan kepahlawanan.
Tarian ini penuh dengan irama gerak yang mantap dan tegas wujud sikap seorang
prajurit.
2)
Tari Kebyar
Duduk diciptakan oleh I Ketut Mario yang berasal dari Tabanan pada tahun 1925.
Tari ini disebut Kebyar Duduk oleh karena sebagian besar gerak-gerakan tarinya
dilakukan dalam posisi duduk bersila. Tari Kebyar Duduk juga sering disebut
Tari Kebyar Terompong apabila diiringi dengan instrumen Terompong.
3) TARI JAUK
MANIS
TARIAN BERTOPENG YANG MENGGAMBARKAN SEORANG RAJA
RAKSASA YANG SEDANG BERKELANA.PENARI MEMAKAI TOPENG BERWARNA PUTIH, BUSANA DARI
AWIRAN YANG BERLAPIS, BERMAHKOTA DAN BERKUKU PANJANG.
TARIAN INI SANGAT BERWIBAWA, LEBIH BERSIFAT
IMPROVISASI DENGAN STRUKTUR KOREOGRAFI YANG FLEKSIBLE
4) Topeng
Sidakarya adalah bagian dari pementasan tari topeng yang mengiringi sebuah
upacara besar di Bali. Topeng Sidakarya dianggap sebagai pelengkap
upacara-upacara tersebut. Topeng ini tampil sebagai pamungkas tari persembahan
(wewalen) sebelum acara pemujaan bersama yang dipimpin oleh Sulinggih
dilakukan.
Pementasan Topeng Sidakarya ini bermula dari sebuah
peristiwa menarik yang terjadi saat masyarakat Bali menggelar upacara besar di
Pura Besakih pada zaman kekuasan Raja Dalem Waturenggong sekitar abad XV. Saat
itu, datang seseorang dari Keling, mencari penanggungjawab upacara (Manggala
Karya) tersebut yang tak bukan adalah sahabatnya. Karena
rupa dan penampilannya yang buruk, saat menanyakan keberadaan sang Sahabat,
tamu Keling tersebut diusir oleh oarng-orang Besakih agar tak “mengotori”
proses upacara. Tamu Keling itu murka dan melontarkan kutukan agar upacara
tidak berjalan sukses.
Upacara besar itu pun gagal. Sejak
saat itu, untuk kesuksesan penyelenggaraan ritual, pada setiap upacara besar di
Bali, Dalem Sidakarya selalu dihadirkan dalam pementasan tari topeng. Atau,
kehadirannya digantikan dengan tirta (air suci) yang diambil dari Pura Dalem
Sidakarya yang terletak di Denpasar Selatan.
Truna jaya
|
Tari ini
adalah tarian yang berasal dari daerah Bali Utara (Buleleng) yang melukiskan gerak-gerak
seorang pemuda yang menginjak dewasa, sangat emosional, tingkah serta
ulahnya senantiasa untuk menarik/ memikat hati wanita.
Tari
Trunajaya termasuk tari putra keras yang biasanya ditarikan oleh penari
putri. Tari ini semula ciptaan Pan
Wandres dalam
bentuk kebyar Legong dan kemudian disempurnakan oleh
I
Gde Manik.
B. Tari Berpasangan merupakan
tarian yang ditarikan secara berpasangan
Contoh :
TARI CENDRAWASIH
Tarian yang ditarikan oleh penari putri ini
melukiskan kehidupan burung Cendrawasih di pegunungan Irian Jaya.
Tarian cendrawasih diciptakan pada tahun 1988 oleh
N.L.N. Swasthi Wijaya ( penata tari dan busana) bersama I Wayan Beratha dan
I Nyoman Widha ( penata tabuh )
Tari Oleg Tamulilingan
Oleg dapat berarti gerakan yang lemah
gemulai, sedangkan tambulilingan berarti kumbang pengisap madu bunga. Tari
Oleg Tambulilingan melukiskan gerak-gerik seekor kumbang, yang sedang
bermain-main dan bermesra-mesraan dengan sekuntum bunga di sebuah
taman.
Tarian ini sangat indah.diciptakan oleh : I
Ketut Mario (1952)
Tari sekar ibing
Semula tarian yang
mengambarkan kehidupan yang penuh keakraban dan suka ria ini lahir sebagai
tari ibing-ibingan. tarian yang ditarikan oleh 10 orang penari (5
pria dan 5 wanita) diihami oleh tari joged.
Ngibing adalah tarian bebas dalam tari Joged
Bumbung (tari pergaulan) yang dilakukan bersama-sama penari joged.
Tarian ini merupakan ciptaan
bersama antara I Nyoman
Suarsa (penata tari) dan I Ketut
Gede Asnawa (penata iringan) yang mendapat kepercayaan dari pemerintah Kabupaten Badung untuk
menciptakan sebuah tarian baru yang ditampilkan dalam Festival Gong Kebyar
se Bali pada tahun 1983. Perubahan nama ke Sekar Ibing terjadi
ketika tarian ini dikembangkan di SMKI Denpasar, setelah tarian ini
mendapat sambutan yang cukup baik dari penonton.
Tari Joged Bumbung merupakan tari pergaulan yang sangat
populer di Bali, tari ini memiliki pola gerak yang agak bebas, lincah dan
dinamis, yang diambil dari Legong maupun Kekebyaran dan dibawakan secara
improvisatif.
Biasanya dipentaskan pada
musim sehabis panen, hari raya, dan hari penting lainnya. Tari joged ini
merupakan tarian berpasangan, laki-laki dan perempuan dengan mengundang
partisipasi penonton. Tarian ini juga membutuhkan kelincahan gerak tubuh
dan mata dari penarinya, dengan sesekali penarinya bergoyang ala dangdut.
Tarian ini diiringi dengan
gamelan Tingklik bambu berlaras Slendro yang disebut Grantang atau Gamelan
Gegrantangan. Tarian ini muncul pada tahun 1946 di Bali Utara dan kini
Joged Bumbung dapat dijumpai hampir di semua desa dan merupakan jenis tari
joged yang paling populer di Bali.
C. Tari Berkelompok merupakan tari
yang ditarikan oleh sekelompok orang .
Contoh :
Tari
puspawresti
Tari ini memadukan pola-pola
gerak beberapa tarian upacara seperti Gabor, Rejang dan Baris Gede ini merupakan tari penyambutan (puspa=:
bunga, wresthi=: hujan) yang ditarikan oleh sekelompok penari pria dan
wanita. Para penari wanita membawa bokor berisikan bunga yang
berwarna-warni yang dikawal oleh penari pria yang membawa tombak.
Tarian ini menggambarkan
sekelompok muda-mudi yang dengan penuh rasa hormat dan ramah tamah
menyambut kedatangan para tamu yang berkunjung ke desa mereka.
Tarian ini merupakan ciptaan
bersama dari I Wayan
Dibia (penata tari) dengan I Nyoman
Windha (penata karawitan) pada tahun 1981.
TARI PUSPANJALI
PUSPA
BERARTI BUNGA DAN ANJALI MENGANDUNG ARTI MENGHORMAT.
TARIAN
INI MELUKISKAN PARA WANITA YANG MENYAMBUT PARA TAMU DENGAN PENUH RASA
HORMAT.
KARYA
DARI N.L.N. SWASTHI WIJAYA BANDEM ( PENATA TARI ) DAN I NYOMAN WINDHA (
PENATA TABUH PENGIRING ) PADA TAHUN 1989.
SEIRING
PERKEMBANGAN JAMAN, TARI PUSPANJALI SERING DITAMPILKAN PADA ACARA-ACARA
RESMI UNTUK MENYAMBUT TAMU-TAMU PENTING.
Tari Panyembrama
Dipentaskan
oleh penari - penari wanita secara berkelompok. Dirancang sedemikian rupa
baik Lirik mata, senyum, keceriaan dari setiap gadis yang membawakan
tarian ini sehingga seirama dengan musik, atau gamelan, hentakan
kaki, gemulai tangan, kelembutan jari jemari, gerakan tubuh serta
goyangan pinggulnya membuat nilai tambah dari keramahan dibandingkan
dengan tarian Bali lainnya dalam hal penyambutan.
Di Bali, selain digunakan sebagai tari penyambutan, tari ini juga sering
dipentaskan dalam upacara agama hindu di pura sebagai tari pelengkap
persembahan sebelum tarisanghyang atau rejang.
Gamelan yang digunakan dalam tarian ini adalah gong kebyar dan dalam
pentas menggunakan pakaian adat Bali.
Larik kata Panyembrama menurut rajaraja.com,
bermakna penyambutan, dimana hal tersebut terangkum pada gerak tari ini
yang melukiskan keramahan serta penghormatan. Serpih-serpih kembang yang
ditaburkan ke hadapan para tamu adalah ungkapan selamat datang. Tari ini
tercipta awal tahun tujuh puluhan oleh seniman I Nyoman Kaler (Alm).
|
Tari sekar jagat
tarian ini merupakan garapan
kelompok yang ditarikan sejumlah penari putri (biasanya antara 5 sampai 7
orang) yang masing-masing membawa canangsari.
Tarian penyambutan ini
menggambarkan kegembiraan para penari dalam menyambut para tamu yang hadir.
Kegembiraan ini diungkapkan melalui keindahan gerak. Tarian ini diciptakan
oleh N.L.N.
Swasthi Wijaya Bandem (yang juga sebagai penata busananya) pada tahun
1993 dalam rangka pembukaan Pameran Wastra Bali di Jakarta. Penata
iringannya adalah I Nyoman
Windha. Tarian ini diilhami oleh tarian upacara, Rejang dan Pendet dari
daerah Asak (Karangasem).
Tari
belibis
mengisahkan Prabu Angling Dharma yang
dikutuk istrinya menjadi seekor burung belibis. Dalam pengembaraannya, ia
bertemu dengan sekawanan burung belibis, namun ia tidak diterima dalam
kelompok itu karena bisa berbicara seperti manusia. Gerak tari ini
menunjukkan penampilan yang menarik dan harmonis dengan gamelan yang
mengiringinya.
Ditambahkan pula, Tari
Belibis dalam Babad Bali bahwa tari ini dibawakan oleh 7 orang penari
wanita, tari belibis diciptakan pada tahun 1984 oleh N.L.N.
Swasthi Wijaya Bandem sebagai koreografer dan I Nyoman Windha sebagai
komposernya.
D.
Tari massal yaitu tarian dimana penarinya
tidak dapat terhitung jumlahnya.
Contoh :
Tari
Kecak
Kecak (pelafalan: /'ke.tʃak/, secara kasar
"KEH-chahk", pengejaan alternatif: Ketjak, Ketjack),
adalah pertunjukan seni khas Bali yang diciptakan pada tahun 1930-an dan
dimainkan terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak
(puluhan atau lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan
dengan irama tertentu menyerukan "cak" dan mengangkat kedua
lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana.
Namun demikian, Kecak berasal dari ritual sanghyang,
yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar[1],
melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian
menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.
Para penari yang duduk
melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur
melingkari pinggang mereka. Selain para penari itu, ada pula para penari
lain yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti Rama, Shinta,
Rahwana, Hanoman,
dan Sugriwa.[rujukan?]
Lagu tari Kecak diambil dari
ritual tarian sanghyang. Selain itu, tidak digunakan alat musik. Hanya
digunakan kincringan yang dikenakan pada kaki penari yang memerankan
tokoh-tokoh Ramayana.[rujukan?]
Sekitar tahun 1930-an Wayan Limbak bekerja sama
dengan pelukis Jerman Walter Spies menciptakan tari Kecak berdasarkan
tradisi Sanghyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak
memopulerkan tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan penari
Bali-nya
Tari
rejang
Tarian yang memiliki gerak
tari yang sederhana dan lemah gemulai, ditarikan oleh penari putri (pilihan
maupun campuran dari berbagai usia) yang dilakukan secara berkelompok atau
massal di halaman pura pada saat berlangsungnya suatu upacara. Bisa
diiringi dengan gamelan Gong
Kebyar atau Gong Gede.
Tari Rejang ini, oleh
masyarakat Bali dibagi dalam beberapa jenis berdasarkan status sosial
penarinya (Rejang Deha: ditarikan oleh remaja putri), cara
menarikannya (Rejang Renteng : ditarikan dengan saling memegang
selendang), tema dan perlengkapan tarinya terutama hiasan kepalanya (Rejang
Oyopadi, Rejang Galuh, Rejang Dewa dll).
Tari Bali juga dapat
dibagi berdasarkan beberapa kategori
jenis tarinya :
KATEGORI PENYAMBUTAN :
TARI PENDET
TARI GABOR
TARI SEKAR JAGAT
TARI PUSPAWRESTI
KATEGORI SOSIAL BUDAYA :
TARI NELAYAN
TARI TANI
TARI TENUN
KATEGORI PEPERANGAN :
TARI BARIS
TARI GOPALA
SATRIA BRASTA
WIRAYUDA
|
|
|